Leadership or Leaderless

kepemimpinan...

Saya sendiri masih linglung dan kadang terlihat bodoh jika ada seseorang yang bertanya siap saya ? apa tujuan saya hidup ? bagaimana saya bisa seperti sekarang ? dan lainnya.

Pemimpin di mata saya bukanlah suatu profesi atau jabatan, melainkan kewajiban setiap manusia untuk menjadi seseorang yang bisa mengendalikan orang yang lain dalam artian positif. Pendapat saya ini mungkin terlalu luas atau terlalu sempit maknanya.

Kepemimpinan tidak selalu harus dimiliki oleh seorang Presiden atau Walikota atau jabatan Ketua dalam suatu organisasi saja, tapi semua lapisan masyarakat pun harus memiliki jiwa kepemimpinan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dituntut mengasah kepemimpinan kita dalam berbagai wadah misalnya, organisasi atau kehidupan bermasyarakat biasa yang tanpa disadari kita sering melakukannya.

Semua ini dilakukan untuk membawa masyarakat Indonesia berjiwa LEADERSHIP, dan bukan LEADERLESS.

Leadership disini pun ditujukan agar masyarakat Indonesia lebih mandiri dalam menata dan mengolah sumber daya, karena tidak selamanya pemerintah bisa membantu warga Indonesia, ada kalanya pula mereka mengalami suatu masalah sehingga tidak bisa lagi mengatur bangsa yang besar ini.

BULAN JULI YANG KELAM

Saya seorang remaja putri yang sedang mencari jati diri, dan terkadang saya pun salah jalan bahkan hampir terjatuh dalam jurang kekhilafan kawula muda. Salah jalan inilah yang membuat saya berhati-hati dalam mencari pasangan untuk menjalin suatu hubungan.

Sejarah yang cukup panjang dan tak cukup diceritakan dalam sebuah trilogi, itulah sejarah hubungan saya dengan beberapa lelaki.

blablabla

Akhirnya saya menemukan seseorang yang tidak terlalu menonjol di mata saya, tapi ia mampu membangkitkan semangat hidup saya yang hampir padam karena keadaan yang memaksa. Saya mungkin hanya seorang wanita yang cengeng, lemah, dan bingung harus berbuat apa ketika harus menghadapi suatu masalah, khususnya masalah cinta. Ya, saya memang sudah ratusan bahkan ribuan kali merasakan ini, mungkin anda pikir ini terlalu berlebihan namun menurut saya ini realita hidup saya yang sulit saya elakkan.

Setiap hubungan yang saya jalin selalu berujung dengan kata PUTUS. Seberapa penting dan bergunakah kata itu dibandingkan saat kita berusaha menjalin hubungan. Sedih memang jika anda mendengar kata itu dari orang yang selama ini anda sayangi, tapi jika ia sudah tak mau lagi bersama kita dengan alasan faktor internal atau eksternal dia, aaahhh.... mau diapakan lagi, toh dia sudah tak mau lagi bersama kita. Jangan sekali-kali memaksakan suatu hubungan, biarkan hubungan mengalir.

Masih ada rasa cinta di hati, apa mau dikata mungkin dia lebih memilih yang lain atau melajang dengan tujuan ingin bebas dari kekangan suatu hubungan yang mengharamkan hubungan dengan yang lain selain pasangan kita sekarang.

Hmmm, broken heart... Semua orang mengeluh dan meratapi gejala ini. Gara-gara penyakit ini semua yang ada di alur kehidupan manusia terganggu.

Saya tidak mau munafik, bahwa saya pun pernah dan baru saja menderita penyakit yang sangat menyakitkan dan obat penawarnya masih belum ditemukan oleh ilmuwan manapun. Dan saya pun masih mencintai beliau, meski saya tidak mau memaksakan, toh alasan dia memang sulit saya terima tapi...
saya tidak mau dia menderita gara-gara saya
saya tidak mau dia jenuh gara-gara saya
saya tidak ingin dia sakit gara-gara saya
saya tak mau dia malas gara-gara saya
saya tak pernah sedikitpun berpikiran bahwa hubungan itu berakhir di bulan yang bahagia bagi saya...



BULAN JULI YANG KELAM


dalam doa saya selalu memohon pada-Nya...

Pertemukanlah kami dalam pertemuan yang sangat bahagia di dalam hidupku dan hidupnya